Popular Posts

Featured Post (Slider)

About

Contact us

Recent Posts

Featured Posts

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Follow us

Combine

Horizontal

Pages

Vertical1

Diberdayakan oleh Blogger.

Gallery

Vertical2

Top 10 Articles

Portfolio

SERBA SERBI SUNDA


Sampurasun!
Bahasa Sunda atau yang lebih dikenal dengan Basa Sunda merupakan bahasa daerah kedua terbesar di Indonesia yang berasal dari provinsi Jawa Barat dan telah menyebar hingga ke Jawa Tengah. Dewasa ini, ada banyak orang-orang yang tertarik untuk belajar bahasa Sunda, baik diajari di sekolah secara langsung oleh guru maupun melalui pemanfaatan teknologi melalui internet.
Penasaran? Yuk, ikuti langkah pembelajaran ini!

ARTI KATA “SUNDA”

Dalam bahasa Sanskerta, kata “Sunda” memiliki arti:
  1. Sunda berasal dari akar kata “Sund” yang berarti bercahaya
  2. Sunda berasal dari kata “Cuddha” yang berarti putih bersih
Sedangkan dalam bahasa Sunda, kata “Sunda” memiliki arti:
  1. Sunda berasal dari kata “Saunda” yang berarti lumbung, bermakna subur
  2. Sunda berasal dari kata “Sonda” yang berarti bagus, unggul, senang, dan bahagia

SEJARAH BAHASA SUNDA

Sejarah bahasa Sunda bermula dari penemuan sebuah prasasti pada abad ke-14 di kota Kawali, Ciamis. Prasasti tersebut dituliskan pada sebuah batu dengan menggunakan aksara Sunda kuno yang berisi mengenai jasa Eyang Adipati Wastukentjana bagi Keraton Surawisesa dalam membuat parit pertahanan di sekeliling ibukota Kawali.
Selain itu, ada pula penemuan naskah-naskah yang dituliskan di atas daun menggunakan aksara Sunda kuno pada abad ke-15. Jumlah naskah-naskah menggunakan aksara Sunda kuno lebih banyak ditemukan dibandingkan prasasti karena permukaan daun lebih mudah untuk ditulis daibandingkan permukaan batu, sehingga perbendaharaan kata yang digunakan lebih banyak dan struktur bahasanya pun lebih jelas.

PERKEMBANGAN BAHASA SUNDA

Pada akhir abad ke-17, bahasa Sunda sudah mulai tergeser penggunaannya akibat masuknya Kerajaan Mataram yang menjadikan bahasa Jawa sebagai bahasa resmi di lingkungan pemerintah. Meskipun demikian, bahasa Sunda tetap digunakan oleh orang-orang Sunda dalam percakapan sehari-hari.
Hingga pada abad pertengahan ke-19, bahasa Sunda mulai digunakan kembali di dalam penulisan, termasuk dalam penulisan karya sastra. Bahasa Sunda pun sempat terpengaruh oleh bahasa Belanda, Latin, Melayu, dan bahasa Indonesia.
Dewasa ini, bahasa Sunda sudah mulai ditinggalkan dalam pemakaian di kehidupan sehari-hari namun ada banyak orang-orang Sunda yang mempertahankan keberadaannya. Tak jarang pula, ada banyak sekolah-sekolah yang mewajibkan peserta didik mereka untuk mempelajari bahasa Sunda dengan benar sebagai bentuk dari mempertahankan keberadaan bahasa Sunda.

TATA BUNYI BAHASA SUNDA

Vokal (Aksara Swara)
Dalam bahasa Sunda, terdapat tujuh macam vokal, yaitu:
  1.  “a” diucapkan seperti dalam kata “anda” (contoh: raka berarti kakak)
  2. “e” diucapkan seperti dalam kata “cemas” (contoh: genep berarti enam)
  3. “é” diucapkan seperti dalam kata “lem” (contoh: éncer berarti cair)
  4. “eu” diucapkan mirip dengan “e” namun mulut lebih terbuka (contoh: euweuh berarti tidak ada)
  5. “I” diucapkan seperti dalam kata “isi” (contoh: hiji berarti satu)
  6. “o” diucapkan seperti dalam kata “otot” (contoh: polo  berarti otak)
  7. “u” diucapkan seperti dalam kata “ubur-ubur” (contoh: umum berarti publik)
 Konsonan (Aksara Ngagalena)
Dalam bahasa Sunda, terdapat 23 macam konsonan, yaitu:
Ka, ga, nga, ca, ja, nya, ta, da, na, pa, ba, ma, ya, ra, la, wa, sa, ha, fa, va, qa, xa, dan za
(semuanya diucapkan sama seperti dalam bahasa Indonesia)
Aksara fa, va, qa, xa, dan za merupakan aksara-aksara baru yang dipakai untuk mengkonversi bunyi aksara Latin.
Yuk, coba latih pelafalanmu dalam bahasa Sunda!
“Sakadang kuya manggih tulang maung ti leuweung. Ceuk pikirna alus lamun dijieun suling. Ngan kusabab menehna mah teu bisaeun ngaliangan, kapaksa ménta tulung ka sakadang bangbara. Sanggeus diliangan tulang maung téh bias ditiup.”

AKSARA SUNDA

Aksara Sunda merupakan huruf yang berasal dari tanah Sunda dan digunakan oleh penulis bahasa Sunda pada zaman dahulu kala. Aksara Sunda terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Aksara Swara (vokal) dan Aksara Ngagalena (konsonan). Aksara Swara  adalah huruf  vokal  yang dapat berperan sebagai sebuah suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. Sedangkan Aksara Ngagalena adalah huruf konsonan yang dapat berperan sebagai sebuah kata maupun suku kata yang bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata.
Seiring masuknya pemerintahan Belanda ke Indonesia, aksara Sunda mengalami kepunahan karena pada waktu itu pemerintah Belanda melarang segala sesuatu yang berbau budaya. Tak mau kalah, ada banyak orang yang berkontribusi untuk membangkitkan kembali penggunaan aksara Sunda ini melalui pembentukan komunitas dan menyisipkan materi ini dalam buku pelajaran anak sekolah. Salah satu bukti nyata penggunaannya, yaitu adanya penulisan nama jalan menggunakan aksara Sunda di beberap kota.
Yuk, kita belajar aksara Sunda!
Aksara Ngagalena

Aksara Ngagalena
Aksara Swara

Aksara Swara
Ada 14 kiasan yang digunakan dalam penulisan aksara Sunda dan dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:
Kiasan yang ditulis di atas aksara

Kiasan yang ditulis di atas aksara
Kiasan yang ditulis di bawah aksara

Kiasan yang ditulis di bawah aksara
Kiasan yang ditulis sejajar dengan aksara

Kiasan yang ditulis sejajar dengan aksara

PEMANFAATAN TEKNOLOGI UNTUK BAHASA SUNDA

Seiring perkembangan zaman, teknologi yang canggih pun mulai berkembang. Perkembangan teknologi dapat memicu perkembangan politik serta peekonomian suatu negara, termasuk budaya.
Bahasa Sunda merupakakn salah satu harta budaya yang berharga bagi Indonesia. Sungguh disayangkan apabila teknologi yang ada tidak dimanfaatkan untuk mengembangkan bahasa Sunda.
Dewasa ini, bahasa Sunda sudah mulai dipelajari kembali oleh banyak orang, termasuk orang asing. Ada banyak orang asing yang tertarik untuk mempelajari budaya Indonesia yang lain sehingga mereka memulai perjalanan ketertarikan mereka dengan mempelajari bahasa Sunda. Dengan demikian, bahasa Sunda semakin populer sedikit demi sedikit.
Dahulu, anak-anak sekolah hanya dapat mempelajari bahasa Sunda di sekolah yang diajarkan oleh guru-guru mereka sehingga peluang mereka untuk mempelajari bahasa Sunda sangat minimum. Sekarang, anak-anak sekolah tidak hanya dapat mempelajari bahasa Sunda di sekolah saja tetapi juga dapat mempelajari bahasa Sunda melalui internet.
Perkembangan teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk membentuk komunitas-komunitas yang dapat memicu ketertarikan anak-anak bangsa untuk mempelajari dan menggunakan bahasa Sunda dalam percakapan mereka. Selain itu, pembentukan stand mengenai pembelajaran bahasa Sunda melalui acara wisata khas Sunda juga mampu menarik minat orang-orang dalam negeri maupun luar negeri untuk datang berkungjung sehingga mampu meningkatkan perekonomian Indoensia. Apalagi menggunakan teknologi berupa pemasaran secara online karena akan member peluang yang lebih besar bagi orang-orang untuk datang berkunjung. Dengan demikian, teradpat timbal balik yang selaras.

KESIMPULAN

Mari kita lestarikan bahasa Sunda dengan mempelajarinya secara benar dan memanfaatkannya bagi perkembangan Indonesia karena bahasa Sunda merupakan salah satu dari ribuan harta budaya Indonesia yang berharga. Melestarikan budaya kita sejak dini akan menghasilkan budaya yang tetap utuh di masa mendatang, laksana peribahasa mengatakan “Tak lapuk dek hujan, tak lekang dek panas.”

Sumber:
< >

Tidak ada komentar:

Posting Komentar